Makalah ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

A.LATAR BELAKANG

 

          Latar belakang pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student needs special needs) membutuhkan suatu pola tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk setiap bidang studi, hendaknya guru kelas sudah memiliki pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan dengan teristik spesifik, kemampuan dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat perkembangannya.

 

         Karakteristik spesifik anak berkebutuhan khusus pada umumnya  berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karakteristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensorik motor, kognitif, kemampuan berbahasa, keterampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social, serta kreatifitasnya. Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik pada setiap siswa, guru terlebih dahulu melakukan skrining atau assessment agar mengetahui secara jelas mengenai kompetensi diri peserta didik yang bersangkutan. Tujuannya agar saat memprogramkan pembelajaran, sudah dipikirkan mengenai: Intervensi pembelajaran yang diangap cocok.assement disini adalah kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan social, pengamatan yang sensitive. Kegiatan ini biasannya memerlukan penginstrumen khusus secara baku atau dibuat sendiri oleh guru kelas. Guru yang mempuni adalah guru yang mampu mengorganisir kegiatan mengajar dikelas melalui program pembelajaran individual dengan latihan kemampuan dan kelemahan setiap individu siswa. Pola kegiatan belajar ini kita kenal dengan nama lain sebagai individualis eduka/jarogram (IEP) selama proses kegiatan, guru kelas ditantang untuk dapat memberikan intervensi khusus guna mengatasi bentuk kelainan-kelainan prilaku yang muncul, agar pembelajaran berjalan dengan lancar.

 

           Adanya perbedaan karakteristik setiap peserta didik berkebutuhan khusus, akan memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut memiliki kemampuan beraitan dengan cara mengombinasikan kemampuan dan bakat setiap anak dalam beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut meliputi kemampuan berpikir, melihat, mendengar, berbicara, dan cara besosialisasikan. Hal-hal tersebut diarahkan pada keberhailan dari tujuan akhir pembelajaran, yaitu perubahan perilaku kearah pendewasaan. Kemampuan guru semacm itu merupakan kemahran seorang guru dalam menyelaraskan keberadaannya dengan kurikulum yang ada kemudian diramu menjadi sebuah program pembelajaran individual.

 

         Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang disiapkan oleh para guru disekolah, ditunjukan agar peserta didik mampu untuk berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri peserta didik yang paling dominan dan disarkan kepada kurikulum berbai kompetisi.

 

          

 

 

 

 

 

 

           Model bimbingan kepada pesrtadidik berkebutuhan khusus, seyogyanya difokuskan dahulu terhadap prilaku non adaptif atau prilaku menyimpang sebelum mereka melakukan kegiatan kegiatan program kegiatan belajar individual bimbingan semacam ini dapat diterapkan didalam pengkondisian lingkungan yang dapat mencapai perkembangan optimal dalam upaya pengembangan prilaku-prilaku sesui dengan tugas-tugas perkembangnnya.

 

         Masalah-masalah perilaku psikososial yang seringkali muncul adalah 1. Penakut seperti pada takut pada binatang, gelap, dan lain-lain. 2. Perilaku agresif, yang tampak pada tindakan-tindakan anak yang cenderung melukai anak lain. 3. Pendiam, menarik diri dan atau rendah diri. Belakangan ini, sering juga terdengar istilah anak dengan budaya autisme.

 

B. RUMUSAN MASALAH

         Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana cara memberi pemahaman kepadea orang tua siswa untuk memahami anaknya yang ABK ?
  2. Apakah harus di dalam sekolah inklusi memiliki beberapa guru pedamping? Sedangkan guru yang berada di lingkungan tersebut sudah memiliki ijazah PLB?
  3. Apakah siswa normal yang ada di SDN Putraco tidak merasa terganggu dengan keberadaan siswa ABK

 

 

 

 

   

 C. TUJUAN

    

         Tujuan Umum :

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui factor, jenis, ciri-ciri, dan cara membantu anak berkebutuhan khusus, proses pembelajaran dan kurikulum yang terdapat pada sekolah dari hasil kunjungan observasi.

Tujuan Khusus :

  1. Meningkatkan wawasan pendidikan anak berkebutuhan khusus.
  2. Menjabarkan pengertian berbagai kategori anak berkebutuhan khusus sesuai dengan hasil kunjungan atau observasi.
  3. Mengidentifikasi cirri-ciri berkebutuhan khusus sesuai kategorinya.        

 

D.MANFAAT

 

Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk dapat menambah pengetahuan bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Selain itu dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi segala sesuatu dan betapa pentingnya bagi kehidupan.

 

 

 

 

 

 

\

 

 

 

E. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH

 

Sistematika penullisan ini terdiri dari IV Bab, yaitu :

Bab I yaitu Pendahuluan, bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penyusunan, manfaat penyusunan, sistematika penulisan.

Bab II yaitu Landasan Teori, yang berisi dan membahas tentang segala sesuatu mengenai Makna Teori,dan Peran Filsafat Pendidikan Dalam pengembangan teori belajar

 

Bab III            yaitu Metodology, terdiri atas Pembahasan, yang berisi dan membahas tentang segala sesuatu mengenai SDN Putraco Indah

Bab IV yaitu Hasil Kunjungan,terdiri atas hasil wawancara.

Bab V yaitu  Kesimpulan dan Saran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN TEORI

A . Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Sebelum di bahas tentanghakekat anak autistik sebagai bagian integral dari anak yang berkebutuhan khusus yang juga secara umum dikeal oleh masyarakat sebagai anak luar biasa ,maka terlebih dahulu dibahas tentang hakekat anak luar biasa . Dalam percakapan sehari hari , orang yang dijuluki sebagai “orang luar biasa “ ialah mereka yang memiliki kelebihan yan   luar biasa , misalnya orang yang terkenal memiliki kemampuan intelektuaL  yang luar biasa , memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melahirkan suatu temuan temuan yang luar biasa dibidaang IPTEKS , religius,dan bidang bidang kehidupan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat , dan orang yang mencapai prestasi yang menghebohkan dan spektakuler , misalnya orang yang berhasil menaklukan gunung tertinggi di dunia dan sebagainya .

Dalam dunia pendidikan , kata luar biasa juga merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpagan yang tidak di alami oleh orang normal pada umumnya . Kelainan ,  atau kekurangan yang dimiliki kekurangan oleh mereka yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik , psikis , sosisal , dan moral .

         Kelainan dari segi fisik berupa kecacatan fisik , misalnya orang yang tidak memiliki kaki sebelah kiri , matanya buta sebelah , dan sejenisnya . kelainan dari segi fsikis atau aspek kejiwaan ( psikologis ) . misalnya orang yang menderita keterbelakangan mental akibat dari intelegesi yang dimiliki di bawah normal . Kelainan dari segi sosial , misalnya orang yang tidak dapat melakukan interaksi dan komunikasi sosial , sehingga mereka tidak dapat di terima secara sosial oleh masyarakat sekitarnya yang mnyebabkan mereka kurang bergaul dan merasa rendah diri yang berlebihan , dan kelainan dari segi moral dapat berupa ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dan hati nuraninya sehingga orang tersebut berbuat amoral di tengah masyarakatnya .Contoh golongan orang yang menderita kelainan moral ialah mereka yang menyandang sebagai anak yang tunalaras .

       Pengertian “ luar biasa “ dalam dunia pendidikan mempunyai ruang lingkup pengertian yang lebih luas daripada pengertian “ berkelainan atau cacat “ dalam percakapan sehari hari . dalam dunia pendidikan istilah luar biasa mengandung arti ganda , yaitu mereka yang menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dibanding dengan orang normal pada mereka yang mnyimpangumumnya dan mereka yang mnyimpang ke bawah , yaitu mereka yang menderita kelainan atau ketunaan dan kekurangan yang tidak di derita oleh orang normal pada umumnya .

       Contoh orang yang menyimpang ke atas dari segi kemampuan intelektual ( otak ) , misalnya professor B.J Habibie karna dia memiliki inteligensi di atas orang normal dan kemampuan intelektual dibidang “ aerodinamika “ yang berkelas dunia sehingga beliau di juluki sebgai orang yang jenius di bidangnya , sedangkan contoh orang yang menyimpang ke bawah ialah mkisalnya orang yang memiliki inteligensi di bawah rata rata degan gejala prilaku , yaitu lamban dalam belajar dan sulit dalam belajar .

       Anak berkebutuhan khusus  (dulu di sebut sebagai anak luar biasa) di definisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna (Hallahan dan Kauffman, 1986). Anak luar biasa, juga dapat di definisikan sebagai anak yang berkebutuhan khusus. Anak luar biasa di sebut sebagai anak berkebutuhan khusus, karena dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, anak ini membutuhkan bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling, dan berbagai jenis layanan lainnya yang bersifat khusus.

       Jenis-jenis layanan tersebut di berikan secara khusus kepada anak yang berkebutuhan khusus oleh pihak yang berkompeten pada setiap jenis layanan itu. Adapun yang termasuk pihak-pihak yang berkompeten dalam memberikan layanan pendidikan, sosial, yang berijazah pendidikan luar biasa, pekerja sosial, konselor/petugas bimbingan konseling, dan ahli lain yang relevan dengan jenis layanan yang di berikan kepada anak luar biasa. (Halaman 1-15)

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam dunia pendidikan luar biasa dewasa ini, anak berkeutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran, kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan kelompok anak yang berbakat. Urayan berikut ini di bahas tentang pengertian, faktor penyebab, karakteristik dari masing-masing klasifikasi anak berkebutuhan khusus tersebut.

1. Anak retardasi mental

Pengertian dan Definisi Retardasi Mental

Kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental atau disebut juga retardasi mental di definisikan sebagai kelompok anak yang memiliki fungsi intelektual umum dibawah rata-rata secara signifikan yang berkaitan dengan gangguan dalam penyesuaian prilaku yang terwujud atau terjadi selama periode perkembangan (Grossman, in press, 1987). Fungsi intelektual umum yang dimiliki oleh anak yang mengalami retardasi mental dapat diukur dari rata-rata tes inteligensi yang diadministrasi secara individual. Pedoman dari American Association Mental Deficiency (AAMD)dapat digunakan sebagai garis pedoman bagi posisi seseorang yang tidak termasuk retardasi mental, kecuali juka seorang anak memiliki skor tes inteligensi sebesar 70 atau dibawah 70 baru dianggap sebagai redartasi mental.

Disisi lain, ada pedoman yang menetapkan skor tes inteligensi sebesar 75 sebagai retardasi mental, terutama dalam setting sekolah. Sedangkan ukuran penyesuaian perilaku ialah berkenaan dengan bagaimana seseorang dapat beradaptasi terhadap tuntutan lingkingan, dan periode perkembangan terjadinya retardasi mental pada diri anak menurut AAMD, yaitu antara konsepsi (sejak terjadinya pertemuan sel jantan dan sel betina/sel telur) dan sembilan belas hari kelahiran.

Klasifikasi dan Faktor Penyebab Keterbelakangan Mental

Kelompok amak yang retardasi mental terbagi atas empat klasifikasi menurut AAMD, yaitu retardasi ringan, sedang, berat dan sangat berat. Pengelompokan ini di dasarkan atas tingkat intelegensi yang dimiliki oleh anak dan tingkat keterbelakangan mental dan yang dialami oleh anak .

   Keterbelakangan mental yang dialami oleh seorang anak di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor latar belakang sosial ekonomi orang tua yang rendah, faktor genetik, dan lingkungan sosial (Heber, 1959). Selain itu, keterbelakangan mental juga di sebabkan karena kekurangan fisik otak, karena down’s sindrom, phenylketunuria, dan penyakit Tay-Sachs (Macmillan, 1982). Down’s sindrom disebabkan oleh kelainan kromosom yang dialami oleh anak, yaitu hanya terdapat 21 pasangkromosom yang seharusnya berjumlah 23 pasang kromosom.  (Halaman 24)

Selain faktor kromosom yang menyebabkan lahirnya anak yang down’s sindrom, juga disebabkan karena faktor usia ibu uang hamil, pengaruh radiasi, dan karena infeksi virus (Macmillan, 1982). Oleh karena itu, kesemua faktor-faktor yang menjadi penyebab lahirnya anak yang down’s sindrom harus diperhatikan oleh calon ibu, ibu yang sedang hamil, pihak ayah, keluarga, dan masyarakat.

 

Phenylketunuria (PKU) ialah suatu kondisi yang di wariskan yang menyebabkan ketidah mampuan tubuh untuk mengubah phenylalanine (suatu subtansi makanan umum yang ditemukan dalam susu) kedalam tyrosin. Penambahan kekuatan phenylalanine berakibat pada perkembangan otak yang tidak normal. Phenylketunuria (PKU) dapat di deteksi pada hari pertama sesudah kelahiran melalui tes darah bayi dan ibu bayi secara rutin.

Anak yang menderita phenylketunuria dapat diobati dengan suatu tindakan diet khusus. Jika tindakan diagnosis dan tindakan pengobatan dapat dilakukan secara dini, maka kemungkinan anak menderita keterbelakangan mental masih dapat diatasi. Akan tetapi sebaliknya, jika tidak segera dilakukan tindakan pengobatan pada bayi yang phenylketunuria maka kemungkinan bayi mengalami kerusakan otak sangat besar yang pada akhirna menyebabkan anak mengalami retardasi mental .

Karakteristik keterbelkangan mental

Dari berbagai hasil penelitian tentang retardasi mental dan pengalaman kerja hidup bersama dengan anak yang terbelakang mental untuk mengamati prilaku anak tersebut, maka kita dapat memiliki sejumlah pengetahuan tentang karakteristik keterbalakangan mental anak. Salahsatu karakteristik intelektual umum dari anak yang mengalami keterbekangan mental ialah anak memiliki kesulitan dalam semua aspek fungsi intelektual-belajar konsep, memori, perhatian, dan bahasa. Anak yang retardasi mental lambat dalam belajar konsep, memiliki kesulitan dalam mengingat sesuatu, menunjukan masalah perhatian, dan mengalami defisiansi bahasa dan percakapan.

Dengan mengetahui bahwa anak yang mengalami keterbelakangan mental memiliki masalah dalam belajar konsep, memori atau ingatan, perhatian, dan bahasa, sebagai pendidik tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi kesulitan intelektual yang di alami oleh anak yang terbalakang mental tersebut. Namum para pendidik khusus dan para ahli psikologi tetap berupaya untuk membantu anak dalam meringankan kesulutan intelektual yang dialami dan berusaha mencari penyebab keterbelakangan mental pada anak dan upaya mencegah dan mengatasinya. Telah banyak perhatian yang di curahkan oleh para pendidik khusus yang ahli psikologi untuk meneliti tentang masalah intelektual umum yang dialami oleh anak yang terbelakang mental yang mempengaruhi kesulitan belajar kosep, memori, perhatian, dan bahasa anak terbelakang mental.

Pada umumnya pendidik khusus beranggapan bahwa keterbelakangan mental yang dialami seorang anak terutama di sebebkan oleh kerusakan dalam struktural atau fisiologik otak. Para pendidik khusus percaya bahwa tingginya persentase individu yang mengalami keterbelakangan yang miskin performasi dalam belajar konsep, memori , perhatian, dan bahasa adalah akibat dari kerusakan fisiologik otak pada diri anak yang terbelakang mental. Para ahli fsikologi dan pendidik khusus telah melakukan berbagai upaya melalui proses kontrol ekskutif dalam mengurangi kemiskinan performansi belajr konsep, memori, perhatian, dan bahasa memori, perhatian, dan bahasa pada diri anak yang mengalami keterbelakangan mental (Baumeister dan Brooks, 1981; Campione dan Brown, 1977). (Halaman 25)

Proses kontrol eksekutif merupakan strategi individual yang dapat digunakan untuk membantu diri sendiri bagi para individu yang terbelakang mental dengan melakukan berbagai tugas dengan baik tentang : belajar konsep, memori, perhatian, dan bahasa dalam daerah memori terhadap dua strategi latihan dan organisasi yang dapat diberikan kepada anak yang terbelakang. Sebagai contoh anak dilatih untuk mengorganisasi sepuluh kata yang dicampur aduk kedalam tiga kelompok, yaitu kata-kata yang termasuk ke dalam kelompok binatang, kelompok bunga, dan kelompok makanan. Kata-kata yang bercampur aduk iyalah kata-kata berikut ini : anjing, kucing, susu, bunga matahari, kancil, roti, bunga mawar, bunga narsis, burung dan kue. Latihan pengelompokkan kata-kata ini ialah untuk melatih memori anak yang terbelakang mental.

Selain anak terbelakang mental memiliki karakteristik intelektual, juga memiliki karakteristik kepribadian. Karakteristik kepribadian anak yang terbelakang mental di pengaruhi oleh karakteristik intelektual anak. Sebaliknya, karakteristik intelektual anak terbelakang mentang akan mempengaruhi karakteristik kepribadian, sosial, dan emosional anak. Oleh karena itu, anak yang terbelakang mental memiliki hubungan sosial dan emosional yang miskin dengan orang lain dan lingkungannya.

Pada umumnya ahli di bidang pendidikan luar biasa percaya bahea soal kepribadian yang dialami oleh anak yang terbelakang  mental akan mengurangi motivasi anak untuk sukses. Harters (1978) memandang masalah motivasi pada anak yang terbelakang mental dapat di terima dengan wajar. Harters mengkaji antar motivasi anak normal dengan motivasi anak yang terbelakang mental terhadap penguasaan tugas. Sepanjang anak terbelakang mental bersama dengan anak normal maka anak terbelakang mental tersebut akan dimanipulasi dikuasai lingkungan mereka oleh anak yang normal. Hal ini disebabkan karena motivasi anak terbelakang untuk menguasai tugas-tugas sosial lebih rendah ketimbang dengan motivasi anak normal untuk menguasai tugas-tugas sosial.

Sepanjang sejarah menunjukkan bahwa anak terbelakang mental sering gagal melakukan suatu tugas dari pada anak normal. Anak terbelakang mental secara umum kurang memiliki motivasi untuk sukses dan kurang percaya diri dalam berbuat sehingga sering mengalami kegagalan dalam hidup yang sering dialami oleh anak yang terbelakang mental, juga menjadi faktor penghambat bagi munculnya motivasi untuk hidup pada diri anak yang terbelakang mental.

Namun pada umumnya anak terbelakang mental yang hidup di lingkungan masyarakat yang pamiliar dan bersikap sosial yang positif terhadap anak yang terbelakang mental, akan dapat menumbuh kembangkan motivasi hidup kepada diri anak. Oleh karena itu, sangat diharapkan pada semua pihak, khususnya pihak orang tua, anggota keluarga seisi rumah, pihak sekolah, dan masyarakat harus dapat menerima keberadaan anak terbelakang mental dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat agar anak memiliki motivasi dan rasa percaya diri untuk menjalani hidup dengan penuh kemandirian sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

  1. Anak Tidak Mampu Belajar

Pengertian atau Definisi Anak tidak Mampu Belajar

Ketidakmampuan belajar secara spesifik berarti suatu “gangguan pada satu atau lebih dari keterlibatan proses psikologik dasar dalam memahami dan dalam menggunakan bahasa, bercakap, dan menulis yang diwujudkan dalam ketidakmampuan dalam mendengar, berpikir, brcakap, membaca, menulis, mengeja, dan untuk melakukan kalkulasi matematik. (Register Federal, 1997). Anak yang tidak mampu belajar, juga dapat diartikan sebagai anak yang mengalami kesenjangan yang berat antara kemampuan intelektual yang dimiliki dengan hasil yang dicapai pada salah satu atau lebih bidang belajar berupa: ekspresi oral, pemahaman pendengaran, keterampilan membaca dasar, pemahaman bacaan, dan kalkulasi matematik atau pemikiran matematik (Register Federal, 1997). (Halaman 26)

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyebab Ketidakmampuan Belajar

Penyebab ketidak mampuan belajar dapat di kelompokan ke dalalm empat kategori penyebab, yaitu karena disfungsi otak, gangguan biokemik, faktor genetik, dan faktor lingkungan. Disfungsi otak berkaitan dengan ketidakmampuan belajar yang terjadi karena anak mengalami kelukaan pada otaknya yang di sebut “kerusakan otak minimal” yang menyebabkan otak tidak bekerja dengan baik. Karena otak mengalami kelukaan atau kerusakan jaringan (Sandoval dan Haapmanen, 1982).

Sebagian ahli berpendapat bahwa disfungsi otak yang minimal berdasar kepada berbagai signal prilaku yang di pertunjukan oleh anak (Gaddes, 1981). Tanda prilaku ini di sebut tanda yang “halus”, karena tidak mungkin tanda “keras” terhadap neurologik yang klasikal yang menunjukan garis batas disfungsi otak. Metode lain dalam mendeteksi atau mendiagnosis disfungsi otak pada anak ialah dengan menggunakan EEG(electroencephalogram). EEG ini dapat di gunakan untuk mengukur aktifitas elektrik otak melalui elektroda yang dilekatkan kepada tengkorak kepala.

Kekurangan utama dari metode EEG ini dalam mendiagnosis disfungsi otak ialah metode EEG ini sangat tidak akurat (Coles, 1978 dan Winkler, dkk, 1970). Seseorang yang benar-benar mengalami kerusakan otak karena kesakitan dan kecelakaan tidak menunjukan tanda halus yang abnormal yang terekam dalam EEG. Beberapa ahli percay bahwa anak yang tidak mampu belajar dapat mengalami masalah fisiologik atau gangguan biokemik. Ada dua penyabab utama bagi munculnya gangguan biokemik ini, yaitu karena anak mengalami defisiensi vitamin(Brenneer, 1982 dan alergi terhadap bahan makanan seperti makanan celupan), (Mayron, 1979 dan Weiss, 1982). Dalam kasus anak mengalami alergi terhadap makanan, anak menunjukan sindrom kelelahan dengan tensi alergik.

 

   Perlakuan yang dapat di berikan kepada anak yang mengalami difisiensi vitamin ialah memberikan vitamin kepada anak dengan dosis yang tinggi (Cott.1971). untuk anak yang alergi terhadap makanan, maka perlakuan yang dapat di berikan ialah dengan mnyuruh anak untuk diet secara khusus (Feingold, 1975). Dengan perlakuan diet ini, sekitar 50%anak yang hiperaktif dapat di bantu dengan diet dengan membatasi anak memakan makanan yang berwarna yang imitasi dan jenis makanan berupa apel, orange, tomat, dan buah arbei yang secara ilmiah mengandung bahan yang di sebut salicylate.

Ketidak mampuan belajar yang di alangmi oleh seseorang tidaklah di wariskan dari keduaorangtua. Dengan kata lain, faktor genetik bukan merupakan faktor penyebab terjadinya anak yang tidak mampu belajar, kontribusi genetik terhadap ketidak mampuan belajar masih tidak jelas, sehingga para ahli berpendapat bahwa ketidak mampuan belajar alami seseorang belajar yang di alami seorang anak bukan di sebabkan oleh faktor genetik.

Fangktor lingkungan juga merupakan faktor yang tidak menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan belajar. Mayoritas anak yang tidak mampu belajar tidak berasal dari lingkungan keluarga yang melarat. Namun lingkungan belajar yang miskin berkontribusi kecil bagi lahirnya anak yang mengalami ketidak mampuan belajar.

Karakteristik Anak yang Tidak Mampu Belajar

Masalah karakteristik anak yang tidak mampu belajar akan tercermin pada perilaku belajar anak. Karena itu, terdapat sepuluh karakteristik anak yang menyalami ketidakmampuan belajar. Kesepuluh karakteristik tersebut terwujud berupa sompton-simpton, yaitu anak hiperaktif, anak mengalami kerusakan perseptual motor, kelabilan emosional, kurangnya koordinasi secara umum, anak mengalami gangguan perhatian, gangguan memori, impulsip, gangguan memori dan pikiran, mengalami masalah akademik yang khusus (masalah membaca, aritmatik menulis, dan mengeja), gangguan bicar dan pendengaran, dan isarat neurologik yang tidak jelas dan ketidakteraturan EEG.

  1. Anak Dengan Gangguan Emosional

Pengertian atau Definisi Gangguan Emosional

Gangguan Emosional diartikan sebagai suatu ketidakmampuan belajar yang tidak dijelaskan oleh faktor kesehatan, intelektual, dan sensorik. Gangguan Emosional juga dapat diartikan sebagai suatu ketidakmampuan yang dimiliki oleh seseorang dalm membangun dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan guru. Suatu keadaan jiwa yang tidak bahagia dan depresi dan suatu ketidaktepatan tipe perilaku atau perasaan pada kondisi sekitar yang normal juga merupakan definisi dari gangguan emosional. Selain itu, gangguan Emosional juga dapat di definisikan sebagai suatu kecenderungan berkembangnya simpton fisik atau ketakutan yang dihubungkan dengan masalah personal masalah sekolah.

Penyebab Gangguan Emosional

Pada umumnya kasus gangguan emosional yang ringan sampai yang berat tidak diketahui penyebabnya. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi emosi dan pengalaman manusia merupakan faktor yang mempersulit untuk menentukan dengan nyata faktor-faktor apa yang menyebabkan seseorang mangalami gangguan emosional. Pengalaman lingkungan dan keadaan sekitar diduga dapat menjadi faktor penyebab  gangguan emosional. Banyak sekali situasi yang ada sekarang ini yang dapat menciptakan masalah emosional pada remaja kita, sehingga para remaja mengalami gangguan emosional. (Halaman 27)

 

 

 

Karakteristik Umum dan Khusus Anak Dengan gangguan Emosional

Terdapat tiga karakteristik umumyang nampak pada anak yang mengalami gangguan emosional ringan dan sedang , yaitu hasil belajar belajar anak rendah di bidang akademik, hubungan interfersonal anak yang miskin, dan anak yang memiliki haraga diri yang rendah. Dalam hal hasil belajar akademik yang rendah, salah satu kesalahan  konsepsi yang umum ini ada benarnya, kebanyakan anak yang mengalami gangguan emosional yang ringan dan sedang justru performasinya kurang pada tes intelegensi dan dalam semua bidang hasil belajar akademik jika di bandingkan dengan teman sebaya mereka yang tidak mengalami gangguan emosional.

Dari segi hubungan interpersonal yang miskin yang di alami oleh anak dengan gangguan emosional, anak ini sering di gambarkan sebagai anak yang blak-blakan karena mereka kehilangan keterampilan sosial dan sifat-sifat kepribadian yang menyenangkan bagi oranglain, guru, orangtua, dan teman sebaya mereka. Anak dengan gangguan emosional ini sering tidak di sukai dan di tolak oleh orang yang mereka temui.

Dari segi harga diri yang rendah anak dengan gangguan emosional seringkali memiliki perasaan yang miskin terhadap kebenaran diri dan konsep dirinya. Mengukur konsep diri sesuai pengamatan guru menunjukan bahwa anak yang mengalami gangguan emosional memiliki masalah harga diri yang berat atau rendah. Sedangkan karakteristik khusus yang di tunjukan oleh anak yang mengalami gangguan emosional menurut Achenbach dan Edelbrock (1981), yaitu anak bertindak kepada kaum muda dengan cara tidak hormat, menentang, tidak dapat konsentrasi, obsesi, hiperaktif, pusing, menangis, mimpi siang bolong, meminta perhatian, kejam terhadap orang lain, tidak tunduk kepada peraturan di sekolah dan di rumah, miskin relasi sosialnya dengan teman sebayanya, merasa tidak bersalah, merasa tidak di cintai, merasa benar, suka menyendiri, nervus, imfulsif, defresi, tidak di sukai teman dan orang lain. Beberapa karakteristik prilaku di atas merupakan gangguan yang kadang tidak menunjukan perbedaan yang berarti antara anak yang mengalami gangguan emosional dengan anak normal.

Karakteristik anak Dengan Gangguan Emosional Berat dan Sangat Berat

Anak yang mengalami gangguan emosional yang berat dan sangat berat memiliki lebih dari satu karakteristik, yaitu tidak mampu bercakap, kurang mengerti percakapan orang lain, terbanyak prilaku yang menstimulasi diri, melukai diri, kurang bahkan tidak memiliki keterampilan untuk memelihara diri, tidak resposif dan tidak hangat kepada oranglain, dan mengalami keterbelakangan intelektual. Karakteristik anak dengan gangguan emosional berat dan sangat berat harus di pahami dengan baik oleh para pendidik khusus, pendidik sekolah reguler dengan sistem inklusi, para orangtua dan anggota keluarga serta masyarakat dalam upaya untuk menyukseskan pemberian layanan pendidikan kepada mereka.

  1. Anak Dengan Gangguan Bahasa dan Wicara

Pengertian Gangguan Bahasa dan Wicara

Anak yang mengalami gangguan bicara dan bahasa akan mempengaruhi komunikasi dan menyebabkan perasaan tidak enak pada pembicara dan pendengar. Beberapa bentuk kelainan dalam berbicara dan berbahasa, misalnya dialek regional dan logat atau aksen yang biasanya yang mendatangkan reaksi negatif atau tidak enak dari pendengar. Akan tetapi sepanjang komunikasi tidak terganggu, maka kelainan yang muncul tidak di tetapkan sebagai suatu gangguan. Gangguan bahasa merupakan kelainan dalam sistem atau  komunikasi seperti kekurangan verbal/atau kekurangan reseptif bahasa secara nyata. Gangguan wicara merupakan masalah dalam produksi bahasa yang dapat di ketahui dengan jelas. Gangguan wicara merupakan pengubahan karakteristik atau prilaku khusus yang merintangi produksi vokal.  (Halaman 28)

 

Tipe-tipe Gangguan Bahasa dan Wicara

Terdapat empat tife gangguan bahasa , yaitu ketidak hadiran bahasa, kelambatan dalam bahasa , gangguan atau hambatan berbahasa, dan kualitas gangguan berbahasa. Sedangkan ganguuan wicara mencakup absensi wicara, gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kelancaran berbahasa.

Penyebab Gangguan Bahasa dan Wicara

Beberapa penyebab kelainan wicara yang nyata menurut para ahli memiliki implikasi penting untuk menyeleksi intervensi. Misalnya gangguan suara dan artikulasi kadang di sebabkan oleh abnormalitas muka dan mulut yang dapat mempengaruhi kegunaan lidah, bibir, bagian hidung, telinga, gigi dan langit-langit mulut. Penyebab gangguan suara dan artikulasi yang lain yaitu ketulian dan kerusakan kontrol maskular (otot). Penentuan penyebab dalam kasus seperti ini penting diketahui untuk tujuan penyembuhan atau korektif. Penyebab gangguan wicara ialah karena anak mengalami abnormalitas fasial, ketulian, dan dysarthria belum dikaji secara dalam. Pada umumnya kasus seperti ini terjadi pada saat kelahiran yang belum dapat dideteksi (Kneedler,dkk.,1984).

Karakteristik Gangguan Bahasa dan Wicara

Anak yang mengalami gangguan wicara dan bahasa akan merasa frustasi pada diri mereka sejak mereka merasa terhambat keinginannya untuk mengelola dan menyampaikan gagasan mereka kepada oaranglain. Selain itu, anak akan merasa mendapatkan beban tambahan jika masyarakat bersikap menolak dan alienasi kepada mereka (Kneedler,dkk.,1984).

 

 

 

  1. Anak Dengan Kerusakan Pendengaran

 

Pengetian Anak dengan Kerusakan Pendengaran Secara Fisikologik

Para ahli berpendapat bahwa kerusakan pendengaran secara fisiologik diartikan sebagai gangguan pendengaran yang timbul karena kerusakan fungsi-fungsi alat dengar. Kehilangan pendengaran yang berat diklasifikasikan sebagai anak yang tuli dan anak yang mengalami kehilangan pendengaran ringan ditetapkan sebagai anak yang menderita keras pendengaran.

         Definisi Anak dengan Keruskan Pendengaran Secara Pendidikan

Kerusakan pendengaran secara pendidikan ialah gangguan pendengaran yang dialami oleh anak yang menyebabkan anak tidak memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dan keterampilan lain yang dibutuhkan dalam proses pendidikan di kelas. Oleh karena itu, pada guru diharapkan dapat mengembangkan keterampilan komunikasi atau bahasa dan wicara anak tuli secaravisual dan pengembangan keterampilan komunikasi dasar melalui saluran pendengaran yang secara umum menggunakan alat bantu dengar (Ross, 1982). Anak tuli sering diajar dalam bahasa isyarat dan mengeja dengan jari dan anak dengan keras pendengaran lebih mungkin diajar memahami kata-kata dengan melihat gerak bibir orang lain, dan selanjutnya anak diajar berbicara.(Halaman 29)

 

 

 

 

 

Kehilangan pendengaran yang berat

Sejumlah kasus kehilangan pendengaran diketahui dengan cara mengukur intensitas suara yang disebut Bel (Alexander Graham Bell). Skala pengukuran kasus kehilangan pendengaran manggunakan satuan desibel. Setia desibelmenggambarkan kecilnya perbedaan kekerasan suara dalam berbicara. Keredupan suara seseorang dengan pendengaran normal dapat dideteksi oleh pencatat pada desibel nol. Suara bisikan = 30 desibel (db), pecakapan normal =  60 desibel, suara keras = 90 desibel, dan rentangan suara yang mulai tidak mengenakkan dan menyakitkan telinga, yaitu pada 120-130 desibel.Jika seseorang yang tidak dapat mendengar suara pada kekerasan 90 desibel atau lebih besar dari itu, berarti orang tersebut menderitakehilangan pendengaran sangat berat dan dikelompokan sebagai anak tuli. Orang yang kehilangan suara pada taraf  ringan dapat dalam dideteksi dalam rentangan 60-70 desibel, dan dianggap sebagai anak yang menderita kehilangan pendengaran sedang dan dikelompokkan sebgai anak yang keras pendengaran.

 Karakteristik Anak yang Mengalami Kehilangan Pendengaran

Boothroyd (1982) berpendapat bahwa anak yang mengalami kehilangan pendengaran bahwa anak yang mengalami kehilangan pendengaran dicirikan oleh adanya masalah sensorik yang dialami oleh anak yang ditandai dengan adanya gangguan: perseptual, wicara, komunikasi, kognitif, sosial, emosional, pendidikan, intelektusal, dan vokasional. Beberapa karakteristik atau ciri yang ditunjukan oleh anak yang mengalami kehilangan pendengaran tidak semuanya muncul dan dialami oleh anak yang mengalami hilang pendengaran. Beberapa karakteristik tersebut perlu diketahui dan dipahai oleh para peserta didik, pendidik, para orang tua dan anggota keluarga dilingkungan rumah, masyarakta, dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan untuk anak tunarungu guna mempermudah proses pembelajaran anak disekolah, dirumah, dan dimasyarakat.

 

  1. Anak Dengan Gangguan atau Kerusakan Penglihatan

Pengertian Anak dengan Gangguan / Kerusakan Penglihatan Menurut Pendidikan

Anak dengan gangguan atau kerusakan penglihatan adalah individu yang mengalami kerusakan penglihatan sehingga dalam proses pendidikannya harus diajar dapat membaca dengan menggunakan alat bantu Braille atau dengan metode aural (menggunakan media tape yang dapat merekam dan didengar) oleh anak yang mengalami kerusakan penglihatan. Sedangkan orang yang melihat secara parsial (sebagian) adalah orang yang dapat membaca cetakan yang diperbesar dengan alat pembesar dan buku cetak yang diperbesar mungkin agar orang tersebut dapat membacanya untuk tujuan proses pembelajaran kelas.

Penyebab Kerusakan Penglihatan

Penyebab kerusakan visual secara umum ialah karena kesalahan refraksi yang berkaitan dengan lipatan sinar cahaya oleh mata. Akibatnya dari kesalahan refraksi itu yaitu menyebabkan berkurangnya ketajaman penglihatan sentral. Faktor maskular, juga menjadi penyebab terjadinya kerusakan penglihatan. Faktor maskular mencakup faktor strabimus dan nystagmus. Faktor Strabimus dapat menyebabkan kebutaan jika dibiarkan tanpa diobati atau diterapi. Nygstamus ialah suatu kondisi yang mana mata bergerak secara terpaksa, cepat, dan tersentak. Kerusakan penglihatan juga dapat disebabkan oleh faktor biologik. Pada umumnya kondisi seperti ini melibatkan kerusakan retina dan dapat menyebabkan kerusakan  visual yang berat.

 

 

 

 

Karakteristik Anak dengan gangguan / Kerusakan Penglihatan

Salah satu karakteristik utama dari anak yang mengalami gangguan atau kerusakan penglihatan ialah anak tersebut menggunakan alat berjalan atau pemandu berjalan yang bersifat eksternal. Ada tiga alat berjalan untuk anak yang mengalami kerusakan penglihatan, yaitu menggunakan manusia pemandu, tongkat untuk berjalan, dan anjing pemandu sebagai alat untuk berjalan.

Selain itu alat pemandu untuk berjalan yang dapat digunakan oleh anak yang mengalami kerusakan penglihatan, juga penggunaan alat bantu untuk melihat apapun jenisnya sangat membantu bagi anak yang mengalami gangguan penglihatan kategori ringan dan sedang. Sebagai contoh, anak yang mengalami gangguan penglihatan dalam bentuk tidak mampu membaca naskah bacaan yang kecil tulisannya, maka dapat menggunakan kacamata positif yang disesuaikan dengan tingkat gangguan penglihatan yang dialami oleh anak dan usia anak. Karena itu, salah satu ciri anak yang mengalami gangguan penglihatan ialah menggunakan kacamata sebagai alat bantu untuk melihat.

  1. Anak Dengan Ketidakmampuan Fisik

Pengertian Anak Dengan Ketidakmampuan Fisik

Anak denga ketidakmampuan fisik ialah anak yang mengalami gangguan atau kerusakan fisik yang mempengaruhi kehadiran anak disekolah, karena itu pemberian layanan khusus kepada mereka sangat diperlukan. Hal ini sejlan dengan tuntuna badan kemanusiaan dunia yang menyerukan perlunya pemberian pendidikan kepada mereka yang mengalami kelainan dan ketidakmampuan dalam menjalani hidup mereka.

 

 

Penyebab Ketidakmampuan Fisik

Ketidakmampuan fisik atau gangguan fisik yang dialami oleh seseorang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut, diantaranya Faktor Genetin, Kelukaan, Kecelakaan, dan Faktor Penyakit. Faktor penyakit poliamyelitis atau polia sebagi suatu infeksi penyakit viral merupakan penyebeb umum kelumpuhan yang dapat menyebabkan ketidakmampuan fisik. Sedangkan penyakit spinabifida pada umumnya bersihat bawaan. Spinabifida yaitu tulang belakang tidak tertutup sama sekali pada garis tenga tubuh selama perkembangan fetus.

Seorang bayi yang lahir dengan spinabifida biasanya dilakukan pembedahahn pada awal kehidupan anak untuk memperbaiki kalainan jika memungkinkan. Anak yang mengalami spinabifida yang tidak diobati, maka akan menggunakan tongkat penolong atau kursi roda agar dapat hadir belajar disekolah. Masalah yang biasa dialami oleh pihak sekolah dalam mendidik anak dengan spinabifida ialah menghadapi anak yang tidak dapat mengontrol air besar dan air kecilnya disekolah. Jika kondisi ini terjadi, maka dibutuhkan kesabaran dan keuletan dari pihak guru dan staf sekolah lainnya dalam menangani anak dengan spinabifida.

  1. Anak Berbakat

Pengertian Anak Berbakat

Anak berbakat ialah anak yang memiliki bakat yang istimewa di bidang intelektual , seni, olah raga, dan keterampilan tertentu. Istilah anak berbakat mengacu kepada tiga istilah yang umum di gunakan oleh masyarakat pendidikan, yaitu anak jenius, gifted, dan telented. Anak jenius menunjuk kepada anak yang memiliki tingkat kecerdasan atau intelegensi yang luar biasa misalnya berintelegensi 180 ke atas. Istilah gifted juga menunjuk kepada bakat intelektual yang istimewa yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan istilah telented lebih mengacu kepada kemampuan istimewa yang dimiliki seseorang pada bidang seni, olah raga, dan keterampilan tertentu (Kneedler,1984).

Faktor Penyebab Keberbakatan

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap lahirnya ank yang berbakat. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor genetik atau keturunan (faktor biologik), faktor gizi yang baik yang di konsumsi oleh ibu hamil, dan ibu hamil bebas dari gangguan kesehatan, infeksi, dan penyakit selama kehamilan, juga merupakan faktor pendukung lahirnya bayi yang berbakat. Hasil penelitian (Bouchard dan McGue,1981) menyimpulkan bahwa pengaruh faktor  genetik terhadap kemampuan mental seseorang ialah sangat besar. Ini berarti bahwa faktor gen berbakat dari orangtua memegang peranan yang besar.

Selain faktor biologik dan faktor lain yang berpengaruh dalam melahirkan anak yang berbakat, faktor budaya dan lingkungan sosial juga memiliki sumbangan yang sangat signifikan dalam melahirkan sumber daya manusia yang berbakat. Suatu masyarakat yang memiliki tingkat kemajuan kebudayaan dan lingkungan sosial (termasuk lingkungan belajar) yang sangat maju akan lebih dapat memberikan iklim pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak yang lebih baik dari pada ank yang hidup di iklim lingkungan sosial dan budaya yang terbelakang.

Karakteristik Anak Berbakat

Ada beberapa karakteristik yang menonjol pada diri anak yang berbakat, yaitu anak memiliki intelegensi yang tinggi, superior dalam bidang akademik di sekolah, dan bekerja secara profesional dalam menekuni suatu pekerjaan tertentu dan memiliki suatu kreatifitas yang tinggi. Salah satu wujud peran yang dapat di berikan oleh pihak keluarga, sekolah dan masyarakat dalam membantu anak yangembang berbakat untuk mencapai aktualisasi diri ialah melalui pengembangan kreatifitas pada diri anak berbakat. Pihak keluaga, sekolah dan masyarakat hendaknya dapat berperan dalm menghargai anak berbakat sebagai pribadi, memberikan contoh teladan yang baik dalam hal pengembangan kreatifitas anak, menaruh perhatian yang besar dalam mengembangkan bakat dan kreatifitas anak, dan tidak khawatir terhadap segala gerak-gerik dan berbagai aktifitas yang dilakukan oleh anak dalam mewujudkan potensi dan bakatnya melalui aktivitas yang kreatif (Campbell,1986).

C. Program Pendidikan Untuk  Anak Berkebutuhan Khusus

Kata program berasal dari Bahasa Inggris, yaitu Programe yang mengandung arti rencana atau rencana kegiatan. Dengan mengacu pada arti kata program yang berarti rencana, maka program pendidikan untuk berkebutuhan khusus dalam tulisan ini diartikan sebagai rencana kegiatan pendidikan yang akan diberikan kepada anak berkabutuhan khusus di sekolah-sekolah khusus dan di sekolah-sekolah regular yang menerapkan system pendidikan. Program pendidikan yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan mereka ialah program pedidikan individual yang biasa disingkat “PPI”.

Program pengembangan pendidikan individual (PPI) untuk anak yang berkebutuhan khusus dikembangkan dengan melalui berbagai proses atau tahap-tahap pengembangan dan pelaksanaan program pengembangan pendidikan individual, yaitu mencakup tahap: penjaringan dan identifikasi peserta didik yang berkelainan dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, melakukan rujukan ke tim pendidikan khusus, melakukan pertemuan tim, malakukan asesmen, melakukan pertemuan tim asesmen, menyusun program pendidikan individual (PPI), melaksanakan program pendidikan individual, dan evaluasi pelaksanaan program pendidikan individual (Depdiknas,tahun 2003 ). ( halaman 30 )

 

 

 

Pada tahap penjaringan dan identifikasi yang perlu dilakukan oleh semua satuan pendidikan khusus ialah menemukan atau menjaring semua peserta didik yang berkebutuhan khusus yang berhak memperoleh pendidika khusus. Program penjaringan umumya menccakup program tes hasil belajar atau  tes kelompok yang lain, penyebaran angket kepada guru-guru untuk mengidentifikasi peserta didik yang menunjukkan gejala-gejala yang bermasalah. Program kampanye kepedulian bertujuan untuk memeberikan informasi kepada masyarakat tentang tersedianya berbagai layanan kepada penyandang kalainan.

Survey juga dapat dilakukan untuk menjaring dan mengidentifikasi anak yang berkebutuhan khusus dengan malakukan survey kepada tokoh masyarakat, dokter, tenaga paramedis, dan pihak lainnya agar anak berkebutuhan khusus yang belum terjangkau pendidikan dapat diidentifikasi. Tahap rujukan ke Tim Pendidikan Khusus sebagai tahap pengembangan dan pelakasanaan program pendidikan program pendidkan individual (PPI), dimaksudkan yaitu setiap peserta didik yang diketahui menunjukkan tanda-tanda bermasalah akan dirurjuk kepada Tim Pendidikan Khusus. Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik sehingga perlu dirujuk ialah karena peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah, kesulitan bergaul dengan teman, kemampuan membaca yang rendah, tidak mampu memusatkan perhatian, prestasi belajar yang dicapai jauh dibawah teman-teman sekelasnya, dank arena anak mengalami gangguan mobilitas karena kondisi fisik , dan sebagainya.

Tahap pertemuan Tim Rujukan dalam pengembangan pelaksanaan program pendidikan individual (PPI) bertujuan memeprtemukan semua tenaga profesi yang pernah atau sedang menangani peserta didik yang dirurjuk sehingga informasi tentang peserta didik yang bersnagkutan dapat diperoleh denan lengkap . ( Halaman 31)

 

 

Program pendidikan individual (PPI) yang telah disusun secara resmi lalu dilaksanakan kepada peserta didik yang berkebutuhan  dalam proses pembelajaran dikelas. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program pendidikan individual ini, maka perlu dilakuakn kegiatan evaluasi pelaksanaan program ini secara teratur dan kontinyu.

D. Kurikulum Pendidikan Untuk Anak Ynag Berkebutuhan Khusus

Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada pasal 1 butir 19 disebutkan bahwa Kurikulum adalah (1) seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan (2) bahan pelajarn, serta (3) cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum, dan bahan pelajaran pada Kurikulum 1994 diwujudkan dalam Buku Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada kurikkulum 1994 diwujudkan dalam Buku-buku Pedoman Pelaksana Kurikulum.

Setiap satuan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didiknya harus berpengangan pada kurikulum terbari yang berlaku, seperti sekarang ini di tahun 2004 kurikulum yang berlaku adalah kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan khusus untuk anak yang berkebutuhan khusus dewasa ini adalah juga harus mengacu kepada kurikulum yang berbasis kompetensi yang disebut sebagai “Kurikulum2004”.  (Halaman 32)

 

 

Dalam penyelenggaraan pendidikan khusu yang berdasar kepada kurikulum berbasis kompetensi tersebut hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik dari masing-masing jenis peserta didik yang berkebutuhan khusus. Selain itu, faktor pemilihan dan penentuan metode pembelajaran, dan hal lain yang terkait dengan pembelajaran di sekolah oleh pihak guru, haruslah bermuara kepada pencapaian targer kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut.

Satuan pendidikan tertentu yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai sistem pendidikan khusus yang akan diberlakukan secara nasional juga akan menggunakan kurikulum yang berbasis kompetensi. Namun perlu diingat bahwa pelaksanaan atas penerapan kurikulum yang berbasis kompetensi tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan berkebutuhan khusus bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan, yaitu mulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah-sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Bentuk penyesuaian kurikulum terhadap kebutuhan peserta didik yang berkebutuhan khusus ialah dapat dituangkan dalam Program Pengajaran Individual atau Program Pendidikan Individualisme yang disingkat PPI. Program Pendidikan Individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus, Semua peserta didik yang berkebutuhan khusus, baik yang berkelaina maupun yang memiliku potensi kecerdasan istimewa harus dibuatkan program pendidikan individual.         Program pendidikan individual haruslah merupakan program pembelajaran yang dinamis yang berarti sensitif terhadap berbagai perubahan kemajuan peserta didik yang disusun oleh sebuah tim dari berbagai profesi dan kelainan yang terkait dengan kebutuhan pendidikan anak yang berkebutuhan khusus. (Halaman 33)

 

Ada bebrapa hal ynag perlu diperhatikan oleh pihak guru dan pihak terkait lainnya sebelum marancang dan menyusun program pendidikan atau pengajaran individual (PPI), yaitu perlu dipahami tentang: (1) pengertian peserta didik yang berkelainan dan atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik, dan (3) tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus (Direktorat PLB Ditjendikdasmen Depdiknas, 2003).

Peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut sebagai peserta didik yang berkebutuhan khusus) adalah peserta didik yang secara signifikan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena mengalami kelainan fisik, mental, intelektual, emosional, atau sosial, sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan yang bersifat khusus. Peserta didik dapat diajar dan dididik di sekolah-sekolah luar biasa dan di sekolah-sekolah biasa yang menerapkan sistem pendidikan inklusi.

Untuk keperluan pendidikan inklusi (sistem pendidika untuk anak luat biasa yang diselenggrakan di sekolah biasa bersama dengan anak normal yang diajar oleh guru sekolah biasa dengan kerjasama dengan guru pembimbing khusus), maka peserta didik yang termasuk berkelainan dan berkebutuhan khusus ialah peserta didik yang mengalami tunanetra atau gangguan penglihatan, tunarungu atau gangguan pendengaran, tunawicara atau gangguan komunikasi, tunagrahita atau gangguan kecerdasan, tunadaksa atau gangguan fisik dan kesehatan, tunalaras atau gangguan emosi dan perilaku, anak yang berkesulitan belajar, anak yang lamban belajar, anak autistik, anak dengan gangguan motorik, anak yang korban penyalahgunaan narkoba, dan gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis ank berkelainan di atas (Direktorat PLB Ditjendikdasamen Depdiknas, 2003). (Halaman 34)

 

 

Peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa yang memerlukan pendidikan khusus ialah meliputi: (1) peserta didik dengan kecerdasan luar biasa, (2) Pesrta didik dengan kreativitas yang luar biasa, (3) peserta didik dengan bakat seni atau olahraga yang luar biasa, dan (4) gabungan dari dua atau lebih jenis-jenis di atas. Setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus yang memiliki kelaiana ataupun yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat yang istimewa memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan karakteristik ini juga menggambarkan adanya perbedaan kabutuhan layanan pendidikan bagi setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Tim pengembang program pendidikan atau pengajaran individual (PPI) terlebuh dahulu erlu mengetahui tentang kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut, baik yang berkaitan dengan kemampuan maupun ketidakmampuan peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut individual. Untuk keperluan pengembangan program pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus, kebutuhan khusus peserta didik perlu diidentifikasi terlebih dahulu malalui pengenalan karakteristik yang menonjol.

Identifikasi karakteristik dan cara mengidentifikasi kebutuhan khusus setiap peserta didik yang berkelainan (sekarang disebut peserta didik yang berkebutuhan khusus) dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa perlu diketahui oleh para calon guru dan guru pendidikan khusus dan pihak yang terkait dengan progaram pengajaran individual untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus.

 

 

 

Tingkat kecerdasan dari peserta didik yang berkebutuhan khusu sebagai salah satu faktor yang perlu diperhatikan sebelum merancang dan menyusun program pendidikan individual, harus benar-benar diketahui dan dipahami oleh para pengembangan program pendidikan individual. Dari segi tingkat kecerdasan peserta didik yang membutuhkan layanan pendidikan khusus melalui layanan program pendidikan individual, maka peserta didik yang berkebutuhan khusus tersebut dikelompokan menjadi tiga kelompok tingkatan kecerdasan, yaitu peserta didik yang berkecerdasan di bawah normal atau rata-rata, peserta didik yang berkecerdasan normal atau rata-rata, dan peserta didik yang berkecerdasan di atas normal atau di atas rata-rata.

Pada uraian terlebih dahulu telah dijelaskan tentang perlunya guru dan pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran guru dan pihak lain yang terkait dengan proses pembelajaran dan pendidikan peserta didik yang berkebutuhan khusus untuk memeperhatikan kurikulum pendidikan untuk mereka. Dengan mengacuk kepada tujuan kurikulum, maka seorang guru akan dapat mengembangkan program pendidikan individual (PPI) yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, dan batas kemampuan yang dimiliki. (Halaman 35)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Identitas Sekolah SDN PUTRACO INDAH

      Adapun hasil yang diobservasikan oleh mahasiswa tentang profil sekolah yaitu :

IDENTITAS SEKOLAH

  1. Nama Sekolah                         :  SDN PUTRACO INDAH BANDUNG
  2. Alamat Sekolah                                   :
    1. Kecamatan            :  lengkong
    2. Kota                                  :  Bandung
    3. No.Tlp./HP.                                   :  (022) 92321426 / 081809231879
    4. Status Sekolah                                    :  Negeri
    5. Status Gedung                                    :  Milik Pemda
    6. Bukti Kepemilikan Gedung    :  –
    7. Status Tanah                           :  Milik Pemda
    8. Bukti Kepemilikan Tanah       :  – 
    9. Kondisi Sekolah                                  :  3 Rg Baik/ 3 Rg Rusak Sedang
    10. Waktu Penyelenggaraan         :  Pagi
    11. No.& Tgl.SK (izin Operasional)         :  –
    12. Nama Yayasan                                    :  –
    13. No. & Tgl.Akta Notaris                      :  –

 

 

 

 

 

 

 

  1. a.      Visi dan Misi Sekolah

“  VISI  “

” Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta

        keterampilan    untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

                 “  MISI “

     “ Membentuk anak didik menjadi insan soleh yang sehat jasmani dan rohani sebagai

        dasar      membangun bangsa dan negara atas rido Allah SWT “

     “ Tujuan SatuanPendidikan SD Negeri Putraco Indah “ :

  1. Tertatanya sistem kelembagaan sekolah
  2. Tercapainya peningkatan mutu pembelajaran
  3. Terciptanya lingkungan inklusi ramah pembelajaran (LIRP)
  4. Terjalinnya kinerja kekeluargaan antara sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat yang peduli pendidikan
  5. Terciptanya kebersihan lingkungan dan penghijauan sekolah (Green School).
  6. Keadaan guru/Pegawai dan Siswa (sesuai dengan yang dilayani) sampai dengan Maret20

 

 

 

 

 

 

  1. A.    Keadaan guru dan Pegawai

NO

Nama dan Tempat / Tgl. Lahir

NIP

Pend.

Akhir

Tugas

1

ETI SUZANE ERNAWATI, S.Pd

Garut, 23-07-1954

19540723 197512 1202

S.1

KA.SEK

2

AAT SUMARTIASIH, S.Pd

Bandung, 7-3-1959

19590307197912 2002

S.1

GURU KELAS II

3

KARNI.S. SEJATI, S.Ag

Ngawi, 17-10-1956

19561017197802 2004

S.1

GURU MP

4

INDAH INDRIYAH

Kalijambe, Sragen,2-3-1962

19620302198502 2001

SGPLB

GURU KELAS IV

5

ABD.RAHMAN

Sabbang, 21-6-1956

19560621198109 1001

PGA

GURU MP

6

EUIS SRI MULYATI SUKANDAR

Bandung, 21-6-1960

19600621197912 2001

SPG

 

GURU KELAS I

7

YENI MARYANI, A.Ma.Pd

Bandung, 16-08-1984

198408162009022001

D.II PGSD

GURU MP

8

AI RAHDIANI

Bandung, 16-8-1984

19690713200701 2012

SPG

GURU KELAS III

9

RETNAYU, SMR, S.Pd

Bandung, 19-1-1981

S.1

GURU KELAS VI

10

RIANI ARISWATI

Bandung, 5-6-1968

D.1

GURU KELAS V

11

DEDE SURYANA

Garut, 8 -7- 1968

S.I

GURU OR

12

RENU HARDIANTI

CIANJUR, 1 – MARET – 1974

SMA

Perpustakaan

 

 

 

 

  1. B.    Rekapitulasi Tenaga Guru dan Pegawai

 

E. Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Jabatan

Status

PNS

HNR

Jml

Kepala Sekolah

1

1

Guru Kelas

5

1

6

Guru Agama

1

1

Guru Penjas

1

1

Guru lainnya

1

1

Tata Usaha

1

1

Penjaga Sekolah

1

1

Jumlah

8

4

12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C. Data Lain yang mendukung

B.Keadaan Fisik Bangunan

Jumlah

Baik

Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

Rg.Kelas

6

1

5

Rg.Ka.Sek

1

1

Rg.Guru

1

1

Rg. Tata Usaha

Rg.Perpustakaan

1

1

Rg.kesenian/Ket.

Laboratorium

WC.Guru

1

WC.Siswa

2

2

Mushola

1

1

Rumah.Penjaga

……………..

 

 

 

 

 

Jumlah

12

8

5

 

 

 

                                                                                               Bandung,     Januari  2013

                                                                                               Kepala Sekolah

 

 

                                                                                               ETI SUZANE ERNAWATI, S.Pd

                                                                                               NIP. 19540723 197512 2001

 

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

 

 

 

SEKOLAH DASAR NEGERI PUTRACO INDAH

TERAKREDITASI “ A “

BAN – S/M . NO.Dd.020339

Jln. RajamantriKaler No. 25 Telp. 7302178 Bandung

                               

 

STRUKTUR KURIKULUM SDN PUTRACO INDAH

StrukturKurikulum yang dikembangkan di SDN Putraco Indah merujukpadakurikulumjenjangpendidikandasar yang meliputitigakomponen.

StrukturKurikulumdisajikandalamtabelsebagaiberikut :

KOMPONEN

Kelas Dan AlokasiWaktu

I

II

III

IV

V

VI

  1. A.      MATA PELAJARAN
  2. Pendidikan Agama
 

3

3

3

3

3

3

  1. PendidikanKewarganegaraan

2

2

2

2

2

2

  1. Bahasa Indonesia

5

5

5

5

5

5

  1. Matematika

5

5

5

5

5

5

  1. IlmuPengetahuanAlam

2

2

2

4

4

4

  1. IlmuPengetahuanSosial

2

2

2

3

3

3

  1. SeniBudaya Dan Keterampilan

2

2

2

4

4

4

  1. PendidikanJasmaniOlah Raga danKesehatan

2

2

2

3

3

3

  1. B.      MUATAN LOKAL
  2. BahasaSunda
 

2

2

2

2

2

2

  1. BahasaInggris

2

2

2

2

2

2

  1. PendidikanLingkunganHidup (PLH)

2

2

2

2

2

2

  1. B T Q

1

1

1

1

1

1

Jumlah

30

30

30

36

36

36

  1. C.      PENGEMBANGAN DIRI
  2. Ekstrakurikuler
 

 

 

 

 

 

 

  1. KegiatanPembiasaan

 

 

 

 

 

 

  1. KegiatanKeteladanan

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

  1. 1 (satu) jam pelajaranalokasiwaktu 35 menit
  2. SiswaterdiridarianakbekebutujanKhusus (ABK) danReguler
  3. SekolahPenyelenggaranPendidikanInklusif

 

                                                                                                                         Bandung,   Maret  2013

                                                                                                                         Kepala SDN Putraco Indah

 

 

 

                                                                                                                         ETI SUZANE ERNAWATI, S.Pd

                                                                                                                         NIP. 19540723 197512 2 001

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Cara Mendapatkan Data

Pada tanggal 7 Maret 2013 kelompok kami melalui penelitian di SDN PUTRACO INDAH melaluli wawancara kepada beberapa guru. Kemudian pada tanggal 11 Maret 2013, kami kembali pada SDN PUTRACO dan bertemu dengan bapak Dede Suryana selaku wakil untuk membantu kami dalam tahapan observasi.  Beliau merupakan salah satu guru yang memiliki keahlian ABK. Dimana ABK yang terdapat di SDN PUTRACO INDAH jumlahnya lumayan sangat banyak juga.. Di sana kami melakukan wawancara bersama bapak Dede dan melakukan beberapa pertanyaan. Diantaranya menanyakan sejarah sekolah, perkembangan prestasi sekolah, penerimaan siswa ABK, jumlah guru, sarana dan prasarana, cara-cara mengatasi anak ABK di sekolah itu, proses pembelajaran. Tenaga pengajar yang berada di sana sebagian besar telah memiliki besik dalam menangani anak ABK. Di mana guru-guru ada yang mengikuti perkuliahan PLB.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL KUNJUNGAN

 

  1. A.    Hasil Wawancara

 

          Berdasarkan wawancara kelompok kami terhadap bapak Dede. SDN Putraco indah berdiri pada bulan juli tahun 1978. Awal mula sekolah SDN Putraco Indah ini menerima anak berkebutuhan khusus pada tahun 2002 karena sebelumnya sekolah ini adalah sekolah normal biasa. Pendidikan inklusi idealnya Pada tahun 2002 diatur oleh dinas pendidikan provinsi dijalan dr.Cipto dan berkembang selama 10 tahunan, sebelumnya guru-guru  di SDN  putaco indah sudah mengambil sekolah PLB (pendidikan luar biasa) lebih dahulu sehingga tidak begitu mengalami kesulitan dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.

           Pada saat penerimaan siswa baru sekolah ini tidak mengadakan seleksi, sehingga tidak mengetahui adanya anak yang berkebutuhan khusus, seiring waktu berjalan guru-guru baru mendapati bahwa ternyata ada beberapa siswa mereka ada yang berkebutuhan khusus di dalam proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas. Pada mulanya sekolah mendapatkan kesulitan dalam memberitahukan kepada orang tua siswa yang anaknya tidak mengalami kebutuhan khusus, akan tetapi pengertian dari pihak sekolah kepada orangtua siswa mengenai sekolah inklusip bahwa didalam proses belajar mengajar disatukan dengan anak yang berkebutuhan khusus.  Dan orangtua siswa tersebut  tidak merasa keberatan dengan adanya anak berkebutuhan khusus disekolah putraco indah.

         Disini kami menyanya kan tentang ruangan khusus bagi anak yang mengalami berkebutuhan khusus, ternyata di sekolahan tersebut tidak ada ruangan nya. Melaikan hanya ada ruangan UKS saja. Tetapi sekolah tersebut sedang membuat proposal untuk mengajukan ke pemerintah meminta bantuan biaya untuk mendirikan ruangan khusus tersebut. Proses tersebut sedang berlanjut saat ini

  1. B.     Hasil Observasi

Data yang kami terima dari SDN Putraco tersebut tentang anak yang berkebutuhan khusus berjumlah 90 orang anak ABK.

Kelas 1            : 15 peserta didik

Kelas 2            :12 peserta didik

Kelas 3            :20 peserta didik

Kelas 4            :14 peserta didik

Kelas 5            :16 peserta didik

Kelas 6            :12 peserta didik

Jumlah peserta didik yang ABK 90

 

          Kelompok kami mendekati seorang anak yang bernama fajar dia memiliki kelainan yang kecerdasan IQ nya diatas rata-rata, kami melakukan interaksi dengan fajar dan dia merespons. Ternyata dia sudah mengetahui semua isibuku pintar, nama ibu kota di indonesia, dan mengetahui semua arah mata angin. Dan ternyata fajar memiliki seorang guru pendamping yang biasa disebut dengan herfer. Tugas herfer tersebut untuk membimbing dan mengawasi anak yang berkebutuhan khusus tersebut.  Selain itu, seorang herfer juga harus mempunyai kemampuan dalam menguasai karakter anak.

 

 

 

Jenis-jenis ABK yang ada di sekolah SDN PUTRACO INDAH

  1. Tuna Rungu
  2. Gangguan Emosional
  3. Autis
  4. Lumpuh

 

Di sekolah SDN PUTRACO INDAH ini tidak ada dokter khusus dan psikologi. Tetapi di sekolah ini memiliki tenaga keguruan yang sudah memahami tentang karakter anak didik. Bahkan ada pendamping khusus bagi anak-anak yang mengalami kelalinan, contohnya autis. Dalam 1 kelas terdiri dari 2 guru  pendamping. Bahkan ada siswa yang membawa pendamping pribadi yang di sebut herfer. Saat proses pembelajaran di kelas siswa yang ABK tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar anak yang normal. Siswa ABK di SDN PUTRACO ini tidak di asingkan karena antara siswa yang ABK dan normal di sama kan dalam kegiatan materi, hanya yang di bedakan cara pengajaran guru terhadap siswa-siswanya. Bahkan ada beberapa anak yang normal membantu anak yang berkebutuhan tersebut dalam menyelsaikan atau memecahkan masalah. Kurikulum yang di ambil untuk sekolah inklusi belum ada kurikulum khusus , tetapi di sesuaikan dengan kurikulum umum. Sekolah ini pada waktu yang dekat ini sedang mengajukan profosal kepada pemerintah untuk meminta bantuan agar supaya di adakannya klinik.

 

 

 

 

 

Dasar hukum

  1. Undang-undang nomor 11 tahun 1950 tentang pembentukan provinsi jawa barat (berita Negara tanggal 4 juli 1950)
  2. Undang-undang nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat (lembaran Negara tahun 1997 nomor 9 tambahan lembaga Negara nomor 3670)
  3. Undang-undang nomor tahun 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (lembaga Negara tahun 2003 nomor 78 tambahan Negara nomor 4301)
  4. Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah (lembaran Negara tahun 2004 nomor 125 tambahan lembaran Negara nomor 4437). Undang-undang nomor 8 tahun 2005 tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang no 3 tahun 2006 tentang peraturan daerah menjadi undang-undang no 32 tahun 2004 tentang peraturan daerah menjadi undang-undang (lembaran Negara tahun 2005 no 38tambahan Negara no 443);
  5. Undang-undang no. 33 tahun 2004 tentang pengembangan keuangan antara pemerintahan pusan dan daerah (lembaga Negara tahun 2004 no 1236 tambahan lembaga Negara no 4438);
  6. Peraturan pemerintah no. 25tahun 2000 tentang kewarganegaraan pemerintah dan kewarganegaraan provinsi sebagai daerah otonomi;
  7. Peraturan pemerintah nomer 8 tahun 2003 organisasi perangkat daerah;
  8. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan;
  9. Keputusan presiden n0.17 tahun 2000 tentang pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja Negara;
  10. Peraturan daerah nomer 10 yahun 2006 tentang penyelengara penyandang cacat;
  11. Keputusan kepala dinas pendidikan provinsi jawa barat tanggal 4 januari 2012 nomer 906/SK.42setdisdik, tentang petunjuk pejabat pengelolah dana dekonsentrasi pada dinas pendidikan provinsi jawa barat tahun anggaran 2012.
  12. DIPA satuan kerja dinas pendidikan provinsi jawa barat kegiatan peningkatan akses dan mutu pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus provinsi jawa barat tahun anggaran 2012 tanggal 9 desember 2011 no. 5228/023-03.3.01/12/2012.,
  13. Keputusan kepala dinas pendidikan provinsi jawa barat tanggal 11 april 2012 no. 819/2953-setdisdik tentang penunjuk penjabat pengelola dana dekonsentrasi pada pendidikan provinsi jawa barat tahun anggaran 2012;
  14. Keputusan kepala dinas pendidikan provinsi jawa barat tanggal 23 juli 2012 no 819/16641-setdisdik, tentang penetapan penerimaan bantuan beasiswa untuk anak berkebutuhan khusus disekolah luar biasa, sekolahn  penyelengaraprogram inklusi dan CI-BI provinsi jawa barat tahum 2012.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. C.    Dokumentasi

      

                                  

 

  1. D.    Pembahasan

 

  1. Bagaimana cara memberi pemahaman kepada orang tua siswa untuk memahami anaknya yang ABK ?

 

            Pihak sekolah dengan guru mengadakan pertemuan dengan orang tua murid memberitahukan tentang kebutuhan khusus yang ada pada anaknya tersebut selayaknya anak ABK pada umumnya. Dan pihak sekolah memberitahukan solusi dan jalan keluar agar anak yang berkebutuhan khusus tersebut tidak mungkin parah seperti dengan memperhatikan pola makan, melakukan terapi, orang tua harus menyediakan waktu untuk anaknya apabila di mungkinkan orang tua sebaiknya menyediakan jasa herfer. Dan adanya saling terhadap orang tua murid lainnya saling mengingatkan kepada anak masing-masing untuk tidak melecehkan atau menjauhi temannya yang anak berkebutuhan khusus. Biasakan anak mereka yang normal selalu bermain atau bergaul bersama.

 

  1. Apakah harus di dalam sekolah inklusi memiliki beberapa guru pedamping? Sedangkan guru yang berada di lingkungan tersebut sudah memiliki ijazah PLB?

            Anak yag berkebutuhan khusus sebaiknya menyediakan jasa herfer karena seorang guru tidak hanya membimbing mengajar siswa ABK saja tetapi memperhatikan anak normal lainnya, meskipun guru tersebut memiliki ijazah PLB tetap saja membutuhkan herfer. Sangat mebutuhkan karena anak yang berkebutuhan khusus pasti memerlukan perhatian yang lebih biasanya. Dan dalam tingkah laku pun pasti berbeda, biasanya anak berkebutuhan khusus cenderung ke diam. Jadi jika ada seorang yang mendampingi dia, dia merasa nyaman dan mungkin tidak terlalu diam saja. Karena seorang guru yang sudah memiliki ijazah PLB pun belum tentu mungkin bisa menghadapi anak-anak yang beraneka ragam di kelasnya, apalagi ada yang normal dan tidak normal.

 

  1. Apakah siswa normal yang ada di SDN Putraco tidak merasa terganggu dengan keberadaan siswa ABK?

 

            Siswa normal yang ada di SDN Putraco tidak merasa terganggu dengan adanya siswa ABK disekolah tersebut, bahkan ada diantaranya yang justru malah membantu anak ABK tersebut didalam proses belajar dan pembelajaran. Sehingga siswa ABk tersebut tidak merasa dipojokkan. Anak normal yang berada di SDN putracao sudah mempunyai pengertian dari orang tua nya sendiri. Bahwa jangan membeda-beda kan teman nya. Bergaulah dengan teman-teman sebayanya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN

  1. 1.      Kesimpulan

            Bahwa pihak sekolah dengan guru mengadakan pertemuan dengan orang tua murid memberitahukan tentang kebutuhan khusus yang ada pada anaknya tersebut selayaknya anak ABK pada umumnya. Anak yag berkebutuhan khusus sebaiknya menyediakan jasa herfer karena seorang guru tidak hanya membimbing mengajar siswa ABK saja tetapi memperhatikan anak normal lainnya, meskipun guru tersebut memiliki ijazah PLB tetap saja membutuhkan herfer. Sangat mebutuhkan karena anak yang berkebutuhan khusus pasti memerlukan perhatian yang lebih biasanya. Siswa normal yang ada di SDN Putraco tidak merasa terganggu dengan adanya siswa ABK disekolah tersebut, bahkan ada diantaranya yang justru malah membantu anak ABK tersebut didalam proses belajar dan pembelajaran. . Sehingga siswa ABk tersebut tidak merasa dipojokkan. Anak normal yang berada di SDN putracao sudah mempunyai pengertian dari orang tua nya sendiri. Bahwa jangan membeda-beda kan teman nya. Bergaulah dengan teman-teman sebayanya.

  1. 2.       Saran

            Kepala Sekolah : Semoga ibu kepala sekolah lebih telaten lagi untuk memilih anak-anak yang akan masuk pada SDN Putraco.

            Guru-Guru : Lebih meningkatkan lagi pembelajaran nya. Supaya anak didik nya tidak jenuh dengan pelajaran yang di sampaikannya. Dan telaten lah untuk mengajar anak-anak yang berkebutuhan khusus.

            Masyarakat sekitar : Supaya jangan melecehkan terhadap anak_anak yang berkebutuhan khusus, lebih dekat lah dengan anak berkebutuhan khusus supaya anak nyaman berada di lingkungan sekitar.

            Mahasiswa: Untuk bisa lebih memahami jenis-jenis ABK dan cara menghadapi anak yang berkebutuhan khusus.

 

Leave a comment